Monday, December 23, 2024
   
TEXT_SIZE

Akper, Akbid, dan Stikes Ngudi Waluyo Menjadi Universitas



Kab. Semarang-kopertis6.or.id - Tiga lembaga pendidikan tinggi di Ungaran, meliputi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo, Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, dan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo di Kabupaten Semarang, resmi menjadi Universitas Ngudi Waluyo.

Penggabungan tersebut disahkan oleh Surat Keputusan (SK) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Republik Indonesia Nomor 262/KPT/I/2016 tertanggal 28 Agustus 2016, tentang penggabungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo di Kabupaten Semarang, Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo di Kabupaten Semarang, dan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo di Kabupaten Semarang menjadi Universitas Ngudi Waluyo yang diselenggarakan oleh Yayasan Ngudi Waluyo Ungaran di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

Peresmian Universitas Ngudi Waluyo, Sabtu (3/9) siang di Ungaran, ditandai dengan penyerahan SK Kemenristek Dikti RI kepada Ketua Yayasan Ngudi Waluyo Ungaran, Lila  Kusuma Rahayu didampingi pengurus yayasan. Momen tersebut disaksikan oleh Sekda Kabupaten Semarang Gunawan Wibisono, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Semarang Joni Budi Raharjo, perwakilan Forkompinda, Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah, perwakilan universitas negeri dan swasta di Jawa Tengah, serta para pemangku kepentingan.

Dalam sambutannya, Sekretaris Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti, Dr Ir Agus Indarjo MPh mengatakan, untuk menaikan kelas atau mendirikan universitas itu sangat sulit dan rumit. Menyusul pihak yayasan atau penyelenggara harus menulis karya ilmiah dalam bentuk studi kelayakan yang riil disamping mengirimkan data akademik.

“Setelah menjadi Universitas Ngudi Waluyo, perguruan tinggi ini akan memberikan suport yang luar biasa untuk mengubah dan mengembangkan perekonomian daerah. Sehingga, dukungan Pemda juga penting karena yang dibidik masyarakat setempat,” katanya.

Terlepas dari itu, pihaknya meminta pihak Yayasan Ngudi Waluyo untuk senantiasa mendorong dosen  meningkatkan studinya paling tidak S3. Dan memilih sekolah ke perguruan tinggi yang masuk klaster satu dan perguruan tinggi yang masuk tataran Asean, syukur tataran Eropa.

“Ini penting, mengingat bagaimanapun juga sumber daya manusia adalah investasi yang tidak ternilai harganya dan sifatnya jangka panjang,” tandasnya.

Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah, Prof Dr DYP Sugiharto MPd Kons berharap, begitu diploklamirkan menjadi universitas minimal pandangan seluruh komponen Yayasan Ngudi Waluyo harus diubah.

“Mari kita tata. Artinya, sebagai institusi kita memiliki kewenangan yang luar biasa untuk menyelenggarakan pendidikan, profesi, vokasi, dan akademik,” tuturnya.

Semenjak disahkan menjadi Universitas Ngudi Waluyo, Prof DYP memberikan waktu sesingkat-singkatnya kepada yayasan untuk menyusun tata kelola pendidikan. Yaitu menentukan organ tata kelola sekurang-kurangnya rektor dan wakil rektor definitif.

COMMUNITY

Materi Pelatihan